liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Memahami Sejarah dan Makna Tari Tradisional Lengger

Tari Tradisional Lengger merupakan kesenian yang berasal dari Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Tari Lengger dipelopori oleh seorang tokoh bernama Gondowinangun yang berasal dari Desa Kecis, Kecamatan Selomerto, Wonosobo pada tahun 1910. Kemudian tarian tradisional ini dikembangkan oleh Ki Hadi Soewarno pada tahun 1960-an.

Dilansir dari situs Kemdikbud.go.id, Tari Lengger memiliki ciri khas tersendiri yaitu membawa cerita atau cerita. Mulai dari kisah cinta, cerita rakyat, hingga masalah sosial sehari-hari. Tari Lengger awalnya berkembang sebagai tarian sakral bagi masyarakat Pegunungan Dieng.

Namun seiring dengan perkembangannya, Tari Lengger dapat dipentaskan pada acara lain, seperti pernikahan adat, atau ritual rambut gimbal Dieng. Lengger berasal dari kata ‘le’ yang berarti anak laki-laki dan kata ‘eling ngger’ yang berarti ‘ingat anak laki-laki’.

Kisah Di Balik Tari Lengger

Ada beberapa versi mengenai asal usul Tari Lengger ini, yang paling terkenal adalah kisah cinta Galuh Candra Kirana yang merupakan putri dari Prabu Lembu Ami Joyo yang memimpin Kerajaan Jenggolo Manik.

Sedangkan Panji Asmoro Bangun adalah putra Raja Ami Luhur yang memimpin Kerajaan Cenggolo Puro. Untuk mempererat hubungan kedua kerajaan, Prabu Lembu Ami Joyo dan Parabu Ami Luhur sepakat menikahkan kedua anaknya.

Namun sayang, pernikahan tersebut hampir kandas karena ulah Galuh Ajeng (anak Prabu Lembu Ami Joyo dari selirnya). Kemudian Galuh Candra Kirana harus meninggalkan kerajaannya dan menjadi penari Lengger. Suatu ketika rombongan Tari Lengger Galuh Candra Kirana diundang pentas di Kerajaan Cenggolo Puro oleh Panji Asmoro Bangun.

Kemudian Galuh Candra Kirana muncul di hadapan tunangannya, Galuh Candra Kirana memutuskan untuk mengungkap penyamarannya. Melihat kecantikan Galuh Candra Kirana, Panji Asmoro Bangun langsung jatuh cinta dan akhirnya pasangan tersebut menikah. Versi lain asal muasal Tari Lengger juga terkait dengan penyebaran agama Islam.

Konon cikal bakal tari Lengger diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menggunakan Tari Lengger sebagai sarana untuk mengajarkan agama Islam. Sama seperti tarian tradisional lainnya, Tari Lengger juga diiringi musik dari alat musik tradisional seperti gambang, saron, gendang, gong, dan lain-lain.

Tari Lengger juga berkembang di Kabupaten Banyumas, Jawa Timur. Tari Lengger khas Banyumasan ini sering disebut sebagai Tari Lengger Pria. Kata Lengger dalam tarian Lengger khas Banyumas memiliki banyak arti.

Salah satunya mengatakan bahwa kata Lengger berasal dari kata ‘le’ yang berarti anak laki-laki dan ‘ger’ yang berarti keributan atau keramaian. Menurut Jurnal Puisi Jilid 1 Nomor 2 yang ditulis oleh Sugeng Iman Hartanto, Tari Lengger Banyumas memiliki beberapa pengertian. Pertama, Lengger merupakan istilah yang terdiri dari gabungan beberapa kata yaitu kata “Darani Léng Jêbulé Jénggér”.

Kalimat ini jika diartikan berarti “mengira wanita ternyata laki-laki”. Makna dari pengertian tersebut berkaitan dengan sejarah penari Lengger. Sebelumnya Tari Lengger Banyumas hanya dibawakan oleh laki-laki, mereka juga berpakaian seperti perempuan.

Tujuannya untuk mengecoh kepalan tangan terutama minion atau kompi. Tindakan ini merupakan bentuk tipu muslihat yang dilakukan oleh pendekar atau pemuka agama. Mereka tidak suka melihat perilaku tidak senonoh para penjajah dan anak buahnya.

Misalnya melakukan saweran atau memberi uang dengan cara ditaruh di mêkak mêkak atau kemben. Kedua, ada juga yang beranggapan bahwa Lengger berasal dari kata “bangal gawe geger”. Artinya, pada saat itu tari Lénggér hanya ditarikan dengan gerakan kepala yang sangat sederhana.

Kesenian Tari Lengger Lanang juga mengandung nilai kepercayaan dan kepatuhan terhadap arwah leluhur, nilai perjuangan, kejujuran, dan kemanusiaan. Kesenian Lengger yang sarat dengan ritual pemujaan pada dasarnya bertujuan untuk menjalankan tradisi budaya lokal.

Pertunjukan Tari Lengger

Tari Lengger dibawakan oleh dua penari pria dan wanita secara berpasangan. Ciri khas penari lenger pria adalah memakai topeng. Jumlah topeng yang digunakan penari pria adalah 120 sesuai dengan jumlah tokoh dalam wayang Jawa.

Namun, tidak semua topeng digunakan dalam setiap pertunjukan. Dipakai atau tidaknya topeng dalam pertunjukan tari Lengger sangat tergantung pada pawangnya. Peran pemimpin dalam tarian ini sangat penting karena pemimpin berperan sebagai dalang dalam pertunjukan ini.

Sebelum tarian dimulai, leader akan memberikan pementasan dan pembacaan doa agar pementasan dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Setelah doa, pemimpin akan mengundang para penari ke atas panggung. Kemudian penghitung akan mengatur topeng yang akan digunakan.

Sedangkan para penari wanita mengenakan pakaian adat dan berpakaian seperti putri Jawa kuno. Penari lengger putri juga dilengkapi dengan kemben dan selendang. Durasi Tari Lengger ini antara 10 menit dalam setiap babaknya.

Gerakan demi gerakan dalam tarian tradisional ini sangat beragam dan memiliki arti tersendiri. Seperti gerakan Majeg yang berarti kemantapan dalam melakukan gerakan. Kemudian Egolan yang melambangkan erotisme perempuan, lembeham melambangkan penyerahan diri kepada Tuhan.

Kemudian gerakan melepas tali yang melambangkan pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, serta gerakan kipat yang melambangkan kewaspadaan. Selanjutnya gerakan menahan melambangkan penyatuan tujuan dengan gerakan seblak sampur yang melambangkan mengusir unsur-unsur negatif. Tari Lengger diawali dengan pertunjukan kepang kuda yang dibawakan oleh 4-10 orang penari laki-laki.

Selanjutnya adalah pertunjukan musik atau lagu timbal balik yaitu lagu Panggeran dan Lempung Gunung. Kemudian tokoh yang lebih tua akan membakar kemenyan dilanjutkan dengan gambyong lengger yang ditarikan oleh 2-6 penari wanita. Setelah pawai selesai, akan masuk ke jantung acara yaitu Lenggeran.

Lengger ini akan diiringi oleh 20 lengger dan menjadi puncak pertunjukan dengan melibatkan penari lengger putra dan putri. Karya pengiringnya antara lain Sulasih Gending, Kinayakan, Sontoloyo, Menyan Putih, Kebogiro, Gondhang Keli, hingga Genggong Jangkrik. Penari lengger umumnya akan membuat desain berdasarkan karakter dalam cerita yang diceritakan.