liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Mengenal Gambus, Alat Musik Khas Melayu

Gambus adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat Riau. Namun ada juga yang meyakini bahwa Gambus merupakan hasil modifikasi alat musik Al’ud yang berasal dari bahasa Arab.

Rio Eka Putra dalam jurnal berjudul Fungsi Sosial Ansambel Musik Gambus dalam Kehidupan Masyarakat Riau (2016), menyatakan bahwa alat musik gambus merupakan hasil kontak budaya Melayu dengan Islam melalui gambus Arab (al oud), sehingga pada awalnya sering disebut Gambus Melayu Riau.

Gambus adalah alat musik petik yang bentuknya seperti mandolin dan gitar. Bedanya, lubang gambus ditutup menggunakan kulit kambing atau kulit ikan pari. Senar gambus memiliki banyak variasi, mulai dari tiga senar hingga 12 senar, dengan masing-masing senar bisa berupa senar tunggal atau senar ganda.

Kenali Gambus

Dalam musik Melayu, Gambus dimainkan dengan iringan gendang dan alat musik marawis. Gambus awalnya dikenal oleh orang Melayu yang tinggal di daerah pesisir. Seiring dengan masuknya para pedagang dari Timur Tengah pada abad ke-7 hingga ke-15.

Selain datang untuk berdagang, mereka juga berdakwah untuk mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Masuknya para pedagang dari Timur Tengah di daerah Riau meninggalkan pengaruh dalam bidang budaya dan seni.

Memainkan musik gambus dalam budaya Riau memiliki berbagai fungsi, mulai dari fungsi hiburan, media komunikasi, media ekspresi diri, pengiring tari tradisional, sarana ekonomi, sarana pendidikan dan penyampaian norma, hingga menjembatani hubungan sosial.

Kini gambus tidak hanya dimainkan dalam upacara adat tetapi dalam berbagai acara kesenian guna melestarikan tradisi dan budaya Riau. Pada awalnya masyarakat melayu Riau memainkan Gambus sendiri untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para pemain Gambus itu sendiri.

Sebagai hiburan pribadi, Gambus Melayu biasanya dimainkan secara spontan tanpa dipersiapkan atau dirancang terlebih dahulu sesuai dengan kondisi, situasi dan perasaan yang diciptakan oleh pemain Gambus.

Pemain gambus menggunakan syair islami sebagai hiburan di rumah, dan menyanyikan syair-syair bertema asmara atau kehidupan sehari-hari sebagai hiburan di atas perahu saat nelayan sedang melaut atau menyusuri sungai.

Sajian Gambus di dalam rumah, selain sebagai hiburan pribadi, juga merupakan pendekatan pribadi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun kini Gambus lebih sering dimainkan untuk mengiringi tarian Zapin.

Pergeseran nilai spiritualitas dan kebersamaan pada masyarakat Melayu Riau menyebabkan perubahan pandangan masyarakat terhadap kesenian Gambus dan Zapin. Musik Gambus mengalami perkembangan sejak beralih fungsi sebagai pengiring Zapin di atas panggung. Sehingga lagu-lagu yang semula bernuansa islami berubah menjadi lagu-lagu yang lebih sekuler.

Perbedaan Gambus Antar Daerah

Dilansir dari situs heritagecultural.kemdikbud.go.id, Gambus juga dikenal oleh masyarakat Melayu yang tinggal di Ketapang. Perkenalan Gambus ke Pulau Kalimantan diawali oleh para da’i yang berasal dari Pulau Sumatera. Mereka menggunakan kesenian Gambus untuk mengajarkan nilai-nilai Islam di Kalimantan.

Gambus diserap dan dimainkan oleh penduduk asli Kampung Mengkiang. Mereka melihat Gambus sebagai alat musik petik yang unik. Mereka juga terpesona dengan keindahan syair-syair yang dibawakan oleh para pemain Gambus.

Ukuran gambus khas melayu di kalimantan cukup ramping dan memiliki bentuk yang agak membulat. Penutup perut Gambus Melayu di Kalimantan biasanya terbuat dari kulit kambing. Ciri utama alat musik Gambus adalah bagian yang terbentuk melalui proses pemahatan.

Jika diperhatikan dengan seksama, bentuk Gambus terdiri dari kepala, telinga agar sesuai dengan senar, leher, perut dan ekor. Perut gambus yang diukir biasanya ditutup dengan potongan papan tipis. Umumnya menggunakan kayu nangka. Beberapa gambus kuno termasuk menulis ayat-ayat Alquran di kulit.

Namun, sekarang lebih banyak flora dan fauna. Sedangkan gambus yang berkembang di melayu, di pulau sumatera, umumnya memiliki tujuh penala (telinga) yang menempel di kepala gambus. Bentuk kepala dan desain perut gambus juga berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, sesuai dengan budaya setempat.

Petinggi Gambus yang ada di Riau berbeda dengan daerah di Malaysia dan Brunei yang umumnya lebih sederhana. Di daerah Riau, kepala gambus biasanya menggambarkan simbol-simbol seperti burung, bunga, atau kepala hewan yang melambangkan mitologi.

Setiap gambus juga memiliki ukuran yang berbeda. Gambus di Indonesia biasanya memiliki leher yang lebih kecil dan panjang, sedangkan gambus di semenanjung Malaysia relatif lebih pendek. Semua gambus Melayu memiliki ekor untuk menahan tali. Panjang keseluruhan gambus umumnya sekitar 1 meter, dengan ketebalan 10-15 cm dan lebar 20-25 cm.

Leher bagian depan rata dengan bagian bawah perut ditutup menggunakan kulit kambing kering sekitar 30 cm. Umumnya, gambus terdiri dari empat nada. Nada kecapi cukup beragam. Beberapa memiliki ADGC, GDGC, dan lainnya.