Tari Panji Semirang adalah salah satu tarian tradisional dari Bali. Secara umum Tari Panji Semirang berfungsi sebagai tarian pertunjukan dalam acara-acara tertentu. Seperti peringatan, upacara keagamaan, dan banyak lagi.
Tari Panji Semirang tidak hanya untuk hiburan masyarakat. Namun, mengandung makna yang sangat dalam. Secara tidak langsung, tarian ini mengedukasi masyarakat Indonesia tentang sejarah.
Mengutip buku Membudayakan Literasi Seni di Sekolah Dasar karya Mansurdin (2020), Tari Semirang Panji merupakan tarian yang pertama kali diperkenalkan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Belakangan tarian ini dilestarikan oleh murid-muridnya.
Kisah Di Balik Tari Panji Semirang
Tarian ini bercerita tentang seorang putri bernama Galuh Candrakirana yang sedang mencari pasangan hidupnya dengan menyamar menjadi seorang laki-laki bernama Raden Panji.
Tarian tradisional ini menceritakan petualangan Galuh Candrakirana setelah kehilangan kekasihnya, Galuh Inu Kertapaji. Dalam Babad Bali, konon keduanya masih menjalin hubungan.
Galuh Candrakirana sendiri merupakan putri dari raja Kediri. Sedangkan Putera Inu adalah pangeran dari Raja Jenggala. Ketika Pangeran Inu hendak melamar pujaan hatinya, seorang laki-laki bernama Galuh Liku memberitahu bahwa Galuh Candrakirana jatuh sakit dan menghilang secara tiba-tiba.
Kebohongan itu dilakukan, karena Galuh Liku memiliki perasaan terhadap Galuh Inu Kertapaji dan ingin menikahinya. Namun, Galuh Inu Kertapaji berhasil lolos dari rencana Galuh Liku dan menghilang. Galuh Candrakirana kemudian memutuskan untuk mengembara mencari Galuh Inu Kertapaji.
Kisah ini diabadikan melalui sebuah tarian tradisional bernama Tarian Panji Semirang yang biasanya dipentaskan di pura. Namun dalam perkembangannya, Tari Panji Semirang juga bisa dipentaskan di luar pura.
Pertunjukan Tari Panji Semirang
Tari Panji Semirang merupakan tarian tradisional tunggal yang dapat dibawakan oleh penari pria dan wanita. Meski awalnya merupakan tarian tunggal, Tari Panji Semirang sering dipentaskan dalam adegan drama yang melibatkan banyak penari di dalamnya.
Seiring berjalannya waktu, tarian tradisional ini hanya menampilkan cuplikan-cuplikan saja, tidak dibawakan secara utuh. Tari Panji Semirang termasuk dalam tari kakebyar yang diiringi oleh gamelan berupa gong kebyar.
Sedangkan busana yang dikenakan para penari berupa ikat kepala, bunga merah di telinga kanan, bunga putih di telinga kiri, kembang emas, badong, penutup dada, bebed, gelang kana, anting, dan kipas.
Untuk tata rias penari Panji Semirang biasanya menggunakan perona mata berwarna biru, kuning dan merah. Lalu warna olive, lipstik, foundation, perona pipi merah, bulu mata, eyeliner, dan body painting.
Sedangkan pakaian yang digunakan dalam Tari Panji Semirang ada beberapa macam yaitu daster, bunga merah di telinga kanan, bunga emas, bunga putih di telinga kiri, badong, bebed untuk menutupi dada, simpul prada, ampok-ampok. , kipas angin, gelang kana, bahkan anting.
Ada beberapa gerakan yang diterapkan pada Tari Panji Semirang, misalnya pepeson berasal dari kata pesu yang artinya keluar. Gerakan ini merupakan gerakan awal dalam tarian saat keluar dari pintu masuk area panggung.
Ocak-ocak merupakan bagian dari struktur kebyaran yang berisi pola gerak berjalan yang diiringi musik pengiring yang dinamis dan digerakkan saat berada di tengah pertunjukan.
Agem adalah gerakan dasar yang dilakukan di tempat. Gerak tari Panji Semirang diiringi dengan paluan bapang yang merupakan pola tabuh gamelan Bali yang terdiri dari 4 atau 8 ketukan dalam 1 gongan. Lalu ada gerakan kaki yang bergerak dengan jalur berayun diikuti tubuh yang bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Tari Panji Semirang juga mengandung gerak majal nayog yaitu berjalan dengan berbagai gerakan tangan untuk menunjukkan kewibawaan dan keagungan. Kemudian dua gerakan tanjek majal, yaitu gerakan langkah dengan pola yang diawali dengan sentuhan tanjek, yaitu kaki ke lantai. Gerak tari Panji Semirang pada umumnya diiringi musik pelan yang dipadankan dengan musik pengiring yang cepat.
Pola lantai dansa Panji Semirang adalah vertikal dan horizontal. Hal itu karena tergantung tema dan drama yang akan ditampilkan di atas panggung.