Tarian tradisional Barong merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Bali. Tari Barong bahkan telah menjadi seni pertunjukan yang sangat populer di Bali, dan telah diakui oleh UNESCO. Dalam mitologi Bali, Barong adalah sosok berbentuk singa.
Sosok ini dianggap sebagai raja roh yang merepresentasikan kebajikan, atau dikenal sebagai “malaikat pelindung”. Dilansir dari website Kemdikbud.go.id, ada dua versi mengenai sejarah keberadaan kesenian Barong khas pulau dewata. Pendapat pertama menyebutkan bahwa Tari Barong diperkirakan sudah muncul sebelum abad ke-16, dan terus berkembang hingga sekarang.
Tari Barong mulai masuk ke Bali seiring dengan penyebaran agama Hindu. Sementara itu, para ahli menyatakan bahwa Tari Barong merupakan kesenian dari Tiongkok yang dibawa ke Bali. Sebab, dalam catatan sejarah, Raja Jayapangus disebut-sebut memiliki istri dari Tiongkok.
Sang istri kemudian membawa dan memperkenalkan Tari Barong ke Bali. Ketika raja dan istrinya meninggal, masyarakat Bali memberikan penghormatan dengan membuat lambang Barong Landung. Para ahli juga berpendapat bahwa kesenian Barong tidak lahir di bumi pulau dewa ini.
Hal ini dikarenakan budaya Hindu di Bali banyak dipengaruhi oleh budaya asing, seperti India dan China. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kesenian Barong merupakan pengembangan dari Barong Ponorogo atau Reog. Kesenian Reog ini dibawa oleh Raja Airlangga saat menyeberang ke Bali untuk mencari perlindungan.
Pendapat ini dibuktikan dengan bentuk mahkota atau ketapel merak pada topeng Rangda. Masyarakat Bali percaya bahwa Tari Barong dapat mengusir penyakit yang disebabkan oleh roh jahat atau bocoran yang suka mengganggu orang. Bagi masyarakat di Bali, Tari Barong merupakan seni sakral yang memiliki kedudukan tinggi dan sebanding dengan kekuatan dewa-dewa Hindu.
Seiring perkembangan zaman, tarian ini mengalami modernisasi dari fungsi sebelumnya. Saat ini seni tari tradisional Barong banyak digunakan untuk hiburan dan menarik wisatawan. Namun, ada sedikit gesekan antara pihak yang menggunakan tari Barong untuk pariwisata dan hiburan dengan seniman dan pemangku adat.
PENGHARGAAN BUDAYA LAUT DI MALAM HARI (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Oleh karena itu, terciptalah pertunjukan Barong yang fungsinya menyerupai sakral. Tari Barong yang digunakan untuk adat bersifat sakral dan pertunjukannya berbeda dengan pertunjukan hiburan atau wisata. Perbedaannya terletak pada pelaksanaan, kepemimpinan, pelaku, waktu, wadah, gerak, cerita, dan tata cara ritual tari Barong.
Dalam perkembangannya, tari Barong memiliki beberapa jenis dengan ciri khas tersendiri. Barong Ket Barong Ket atau Keket adalah tarian Barong yang paling banyak dipentaskan di Bali. Bentuk tarian Barong merupakan perpaduan antara harimau, singa, naga dan sapi.
Dalam setiap pementasan, Barong umumnya dipasangkan dengan Randa yang merupakan sosok yang menakutkan sebagai simbol kejahatan. Ceritanya adalah pertarungan abadi antara yang baik dan yang jahat diiringi musik tradisional. Kemudian Barong Bangkal atau Bangkung memiliki bentuk seperti babi.
Kata bangkal berasal dari bahasa Bali yang berarti babi jantan. Sedangkan Bangkung berarti babi betina dewasa. Biasanya, tarian Barong Bangkal diadakan setiap hari raya Galungan dan Kuningan.
Perayaan berupa ngelawang atau Barong yang diarak keliling desa diiringi musik gamelan tradisional Batel. Selain Tari Barong Macan, Barong Macan ini memiliki kemiripan dengan Barong Bangkal yang dilakukan dengan cara berputar-putar. Bentuk barong adalah macan sesuai dengan namanya.
Biasanya setiap pertunjukan tari Barong Macan diiringi dengan drama tari, seperti arja atau opera tradisional Bali. Barong Asu Seperti namanya, Barong Asu memiliki bentuk seperti anjing. Jenis barong ini langka dan hanya ada di beberapa desa di Tabanan dan Badung.
Tarian ini dibawakan dengan iringan musik tradisional Bali, seperti gamelan batel, tetamburan, atau baleganjur. Selain itu, ada beberapa jenis tari Barong lainnya, seperti Barong Gajah Barong, Barong Landung Brutuk, Barong Nongnongkling, dan Barong Kedingkling.
Ciri khas pertunjukan tari Barong tradisional adalah penggunaan topeng dan kostum yang menggambarkan bentuk binatang atau raksasa sebagai pelindung. Setiap jenis tari barong memiliki cerita dan cara menari yang berbeda. Jenis tari Barong yang paling terkenal adalah barong ket karena memiliki kostum dan gerak tari yang lengkap.
Tarian ini dibalut dengan cerita tradisional tentang pertarungan kebaikan dan kejahatan. Di sela-sela penampilan terkadang ada unsur humor yang membuat penonton terhibur dan membuat suasana semakin hidup. Pakaian yang digunakan pada setiap jenis tari barong berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan setiap barong memiliki bentuk dan makna yang berbeda. Contohnya adalah barong ket yang merupakan perpaduan antara singa, macan dan sapi. Kostum yang dikenakan oleh dua orang penari seperti barongsai tetapi dengan pakaian yang berbeda.
Tubuh bagian atas dihiasi hiasan kulit berupa potongan kaca atau cermin, dan bulu yang terbuat dari serat tumbuhan pandan atau bulu burung gagak. Sedangkan bagian kepala menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan untuk membuat topeng Barong harus khusus.
Biasanya kayu topeng ini berasal dari pohon yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Gerakan Tari Barong tidak kalah uniknya dengan tarian tradisional Bali lainnya. Dalam pertunjukannya, tarian ini dibawakan dalam lima babak.
Sebelum memasuki babak pertama akan ada bagian pembuka yang menggambarkan barong dan kera sedang bermain di hutan. Kemudian, tiga orang datang memakai topeng dan membuat keributan serta merusak hutan.
Perkelahian terjadi di antara mereka, di mana monyet berhasil memotong hidung salah satu dari mereka. Kemudian babak pertama adalah bagian tentang penampilan kedua penari tersebut. Mereka berdua adalah pengikut Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patih.
Adegan kedua, pengikut Dewi Kunti datang dan Rangda berubah menjadi iblis yang merasuki pengikut Dewi Kunti dan membuat Dewi marah. Pada adegan ketiga, muncul Dewi Kunti bersama putranya, Sadewa. Saat itu, sang dewi berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal.
Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya, namun di bawah kendali iblis, sang dewi diliputi amarah dan berani mengorbankan anaknya. Selain itu, sang dewi juga menyuruh rajanya untuk membuang Sahadewa ke dalam hutan. Sang Patih pun menuruti perintah tersebut, karena dirasuki roh jahat, dan berhasil mengurung Sahadewa di Istana Rangda.
Babak keempat menceritakan penampakan Dewa Siwa yang memberikan keabadian kepada Sahadewa, tanpa sepengetahuan Rangda. Alhasil, ketika Rangda mencoba membunuh Sahadewa, ia tidak pernah berhasil, karena Sahadewa kebal dan tidak bisa mati.
Di akhir cerita, Rangda menyerah dan memohon keselamatan untuk masuk surga. Perintah itu diberikan oleh Sadewa. Bab terakhir bercerita tentang Kalika, seorang pengikut Rangda yang berhadapan dengan Sahadewa. Pertarungan keduanya dimana Kalika berubah menjadi Babi Hutan.
Dalam pertarungan tersebut Sadewa berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Selanjutnya, Kalika menjelma menjadi seekor burung, namun tetap dikalahkan oleh Sadewa. Belakangan, Kalika kembali ke Rangda, tetapi Sahadewa tidak dapat membunuhnya.
Sahadewa akhirnya berubah menjadi Barong, keduanya sama-sama sakti, sehingga pertarungan antara kebaikan dan kejahatan berlangsung selamanya. Aksi pertarungan tersebut diabadikan dalam bentuk tarian tradisional yang kini dikenal dengan tari barong.